Sejarah masuknya Batik dalam seni lukis

Kurang Lebih 40 th silam (Catatan redaksi : artikel ini ditulis terhadap th 2008), pelukis Amri Yahya (1939-2004) menyebut keprihatinannya atas batik yg tidak kunjung menjadi kebanggaan nasional. Sbg pelukis asal Palembang yg menikah bersama perawan Yogyakarta. Amri dulu bertekad menaikkan harkat batik di langit tinggi. Beliau dulu melukis bersama teknik batik. &, membawa unsur-unsur cecek pun ornamentasi batik yang merupakan faktor. Tapi utk menciptakan gebrakan, Amri merasa tidak bisa bila terjadi sendiri. Dirinya serta menggandeng Bagong Kussudiardja, Mudjitha, Mahyar, & yang lain buat ramai-ramai melukis dgn teknik batik.

“Dengan masuknya batik dalam seni lukis, aku mau orang memandang batik sbg seni rupa yg mempunyai wibawa tinggi setara dgn lukisan cat minyak. Dulu, sesudah batik dilihat tinggi, orang tidak sedikit bakal menyaksikan batik terbaik Indonesia bukan kreasi sembarangan. Lantaran itu, disaat dikenakan yang merupakan bahan busana, batik patut difungsikan group warga kepada level menengah ke atas. Itu maksud akhir aku. Sewaktu ini, orang hanya menonton batik cuma dikenakan mbok-mbok di Malioboro,” kata Amri Yahya.

amri yahya

Aktivitas batik Amri Yahya meraih keberhasilan agung kepada dekade 1970 & 1980-an. Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin serta terpikat bersama gelora batikisme Amri itu. Dulu, terkecuali membeli lukisan batik Amri (dgn harga mahal), Bang Ali pula menetapkan batik juga sebagai busana wajib bagi deretan Petugas kantor kota praja. Sehingga kepada 1970-an, batik jadi busana kebanggaan Kota Jakarta. Seruan Bang Ali itu selanjutnya menstimulasi Presiden Soeharto utk ikut menetapkan batik sbg busana kebanggaan nasional. Utk itu, para pemimpin negeri anggota OPEC, dari Bill Clinton hingga Goh Chok Tong, saat datang ke Indonesia pun ‘diharuskan’ mengenakan hem batik design Iwan Tirta.